Mengenal Lebih Dekat Burung Kedasih yang Unik

Burung kedasih (Cuculus micropterus) adalah spesies burung yang cukup populer di Indonesia. Burung berukuran sedang ini mudah dikenali dari suara kicauannya yang khas dan perilaku uniknya. Meski demikian, banyak mitos dan cerita yang beredar di masyarakat seputar burung yang juga dikenal sebagai burung tepukul atau bubut ini.

Ciri-Ciri Burung Kedasih

Burung kedasih memiliki tubuh berukuran sedang dengan panjang sekitar 30 cm dan berat badan hingga 85 gram. Burung dewasa memiliki warna coklat keabu-abuan di bagian punggung, sayap, dan ekor. Sementara bagian perut dan dada berwarna merah karat terang hingga coklat kemerahan.

Paruh burung kedasih berbentuk melengkung dan runcing berwarna hitam. Kaki burung ini berwarna kuning kehijauan. Iris mata berwarna coklat gelap dengan lingkar mata yang berwarna kuning.

Burung kedasih muda memiliki warna bulu yang berbeda. Punggungnya coklat terang, sementara bagian bawah tubuhnya putih krem dengan garis-garis hitam melintang yang cukup tebal. Garis hitam ini akan memudar seiring pertumbuhan burung.

Perilaku Unik Burung Kedasih

Salah satu ciri khas burung kedasih adalah perilakunya yang unik dan berbeda dibanding kebanyakan burung lain. Burung ini dikenal sebagai burung parasit, karena meletakkan telur-telurnya di sarang burung lain.

Burung kedasih betina akan mencari sarang kosong atau berisi telur dari jenis burung lain, kemudian meletakkan satu atau dua butir telurnya di sana. Setelah itu, induk burung kedasih tidak akan mengerami atau merawat telur maupun anak burungnya.

Telur burung kedasih yang menetas akan ditangani oleh induk burung pemilik sarang. Anak burung kedasih juga akan diasuh bersama anak burung lainnya. Perilaku seperti ini disebut parasitisme penetasan (brood parasitism).

Selain itu, burung kedasih juga diketahui sering membuang atau memakan telur asli dari sarang yang ditumpanginya. Hal ini dilakukan agar induk burung hanya mengerami dan merawat telurnya. Perilaku burung ini kerap dianggap jahat dan licik oleh banyak orang.

Baca Juga :  Cara Merawat Anakan Burung Kedasih Coklat

Habitat Alami Burung Kedasih

Burung kedasih banyak ditemukan di hutan-hutan tropis dataran rendah hingga ketinggian 1200 mdpl. Mereka juga sering hidup di perkebunan dan pekarangan rumah yang berdekatan dengan hutan.

Habitat alami burung ini meliputi hutan primer maupun sekunder yang lebat dengan kanopi tinggi. Mereka menyukai daerah dengan banyak pohon besar tempat bersarang burung lain yang bisa ditumpanginya.

Burung kedasih umumnya hidup menyendiri dan jarang berkelompok. Mereka lebih sering terlihat sendirian, berpasangan, atau dalam kelompok kecil 3-4 ekor. Hanya pada musim kawin, beberapa ekor burung kedasih akan berkumpul.

Suara Kicau Burung Kedasih

Suara kicauan khas dari burung kedasih ini yang membuatnya mudah dikenali. Kicauannya cukup nyaring dan panjang, mirip suara peluit atau terompet.

Burung jantan biasanya berkicau di waktu pagi dan sore hari. Kicauannya terdengar “puu-turrr, puu-turrr” dengan durasi 5-10 detik tiap kali bersuara.

Suara burung kedasih betina juga bernada tinggi melengking, tapi lebih pendek. Kicauan betina terdengar “prrrt” atau “priit” yang diulang beberapa kali.

Melalui kicauannya, burung kedasih jantan menarik perhatian betina untuk kawin. Kicauan ini juga berfungsi menunjukkan keberadaan dan mempertahankan wilayahnya.

Fungsi Burung Kedasih bagi Ekosistem

Meski burung kedasih terkesan nakal karena perilaku parasitnya, sebenarnya ia memiliki peran penting bagi keseimbangan ekosistem. Burung ini membantu mengendalikan populasi serangga, terutama ulat atau larva yang hidup di hutan.

Burung kedasih merupakan salah satu pemangsa alami ulat dan serangga. Mereka memakan berbagai jenis ulat yang ditemukan di pepohonan atau semak-semak untuk mencukupi kebutuhan proteinnya.

Dengan memakan puluhan ulat setiap harinya, burung kedasih membantu mencegah ledakan populasi hama ulat di hutan. Kehadirannya juga melindungi tanaman dari serangan ulat yang berlebihan.

Baca Juga :  Cara Merawat Anakan Burung Kedasih Coklat

Mitos tentang Burung Kedasih di Masyarakat

Di tengah masyarakat Indonesia, banyak mitos dan cerita rakyat yang beredar seputar burung kedasih. Sebagian menganggap suara kicauannya sebagai pertanda baik, namun beberapa juga meyakininya sebagai pertanda buruk.

Dalam tradisi Jawa, burung kedasih dianggap sebagai pembawa sial dan pertanda kematian. Jika burung ini hinggap di atap rumah sambil berkicau, dipercaya akan ada kematian di keluarga tersebut.

Mitos lain menyebutkan bahwa mendengar suara burung kedasih di malam hari merupakan pertanda kabar duka. Ada pula kepercayaan jika melihat ekor burung kedasih akan membuat seseorang menjadi pelupa.

Berbeda dengan tradisi Jawa, dalam Islam suara atau kedatangan burung kedasih tidak memiliki makna tertentu. Burung ini tidak dianggap membawa pertanda apapun baik ataupun buruk, sebagaimana ditegaskan dalam hadis.

Cara Memelihara Burung Kedasih

Bagi pecinta burung, memelihara burung kedasih bisa menjadi pilihan menarik. Berikut beberapa tips dalam memelihara burung yang juga dikenal sebagai bubut ini:

  • Gunakan sangkar besar berukuran minimal 60x40x40 cm agar burung leluasa bergerak. Sangkar harus kuat dan kokoh.
  • Letakkan sangkar di tempat teduh dan jauh dari polusi asap kendaraan. Hindari meletakkannya di bawah sinar matahari langsung.
  • Beri pakan berupa pelet, buah-buahan, dan serangga. Buah seperti pisang dan pepaya disukai burung kedasih. Serangga seperti ulat sutra dan jangkrik juga dibutuhkan sebagai sumber protein.
  • Gantungkan tempat pakan dan minum di dalam sangkar agar burung mudah mengaksesnya. Beri air minum segar setiap hari.
  • Bersihkan kotoran dan sisa makanan dalam sangkar setiap hari agar burung tetap sehat.
  • Lakukan pemasteran atau penjinakan secara bertahap agar burung jinak terhadap manusia. Beri perhatian secara rutin dan bersuara lembut saat memberi makan.
  • Rawat bulu burung secara berkala agar tetap bersih dan rapi. Bulu yang rusak perlu dicabut agar digantikan bulu baru.

Itulah beberapa informasi menarik seputar burung kedasih yang unik. Meski burung ini kerap diasosiasikan dengan hal-hal negatif, kehadirannya sejatinya penting bagi keseimbangan alam. Dengan memahami lebih jauh perilaku dan kebiasaan burung kedasih, kita bisa lebih menghargai perannya di hutan.